tag:blogger.com,1999:blog-38899795018485771972024-02-20T08:04:41.976-08:00KDPK-Dian HusadaKDPK-Dian Husadahttp://www.blogger.com/profile/18141998634475917836noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-3889979501848577197.post-87545647287631296152011-11-17T04:07:00.001-08:002011-11-17T04:07:24.358-08:00definisi bidan<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Definisi Bidan</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;">1. Bidan dalam bahasa Inggris berasal dari kata MIDWIFE yang artinya Pendamping wanita, sedangkan dalam bahasa Sanksekerta “Wirdhan” yang artinya : Wanita Bijaksana</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><span class="fullpost" style="display: inline;"><br />
<br />
2. Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya secara internasional telah diakui oleh Internasional Confederation of Midwives ( ICM ) tahun 1972 dan Internasional Federation of International Gynaecologist and Obstetritian ( FIGO ) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO ( 1991 ) dan WHO (1992).<br />
<br />
3. MIDWIFE IS..<br />
She is a person who, in partnership with women, is able to give the necessary support, evidence-based information and care during pregnancy, labour and postpartum period, to facilitate births in a one and one situation on her own responsibility and to provide care for the new-born and the infant. This care includes the promotion of well-being, the detection of complication in mother and child, the accessing of appropriate skilled assistence and the carrying out of emergency measures. She has important task in health counselling and education, not only for the women, but also with the family and in the public sphere. The work should involve antenatal education and preparation of parenthood and extends to areas of woman’s reproductive heal,family planning and childcare.<br />
She may practice in any setting including the home, the community, birth centers, clinics, hospitals or in any other service.<br />
<br />
4. Pengertian bidan adalah :<br />
Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.<br />
<br />
Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat lainnya.<br />
<br />
5. Pengertian Bidan Indonesia :<br />
Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.</span></span>KDPK-Dian Husadahttp://www.blogger.com/profile/18141998634475917836noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3889979501848577197.post-20009363545845671972011-11-17T03:40:00.000-08:002011-11-17T03:40:29.663-08:00Pengertian pasien yang Kehilangan<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><span style="font-weight: bold;">I. Konsep Dasar Teori</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><span style="font-weight: bold;">A. Pengertian</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;">Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;">Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;">Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><span style="font-weight: bold;">B. Rentang Respon Kehilangan</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;">Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: center;">Fase Marah Fase Depresi</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;">__________________________________________________________</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br />
</span><div style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: center;">Fase Pengingkaran Fase Tawar-menawar Fase Menerima<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Fase Pengingkaran</span><br />
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.<br />
<br />
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Fase Marah</span><br />
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Fase Tawar-menawar</span><br />
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Fase Depresi</span><br />
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Fase Penerimaan</span><br />
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.<br />
<br />
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.<br />
</div></div>KDPK-Dian Husadahttp://www.blogger.com/profile/18141998634475917836noreply@blogger.com0